Di sebuah gerbong kereta api yang penuh, seorang pemuda berusia
kira-kira 24 tahun melepaskan pandangannya melalui jendela. Ia begitu
takjub melihat pemandangan sekitarnya. Dengan girang, ia berteriak dan
berkata kepada ayahnya:
”Ayah, coba lihat, pohon-pohon itu … mereka berjalan menyusul kita”.
Sang ayah hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala dengan wajah
yang tidak kurang cerianya. Ia begitu bahagia mendengar celoteh putranya
itu.
Di samping pemuda itu ada sepasang suami-istri yang mengamati tingkah
pemuda yang kekanak-kanakan itu. Mereka berdua merasa sangat risih.
Kereta terus berlalu, tidak lama pemuda itu kembali berteriak:
“Ayah, lihat itu, itu awan kan …? lihat … mereka ikut berjalan bersama kita juga …”.
Ayahnya tersenyum lagi menunjukkan kebahagiaan.
Dua orang suami-istri di samping pemuda itu tidak mampu menahan diri, akhirnya mereka berkata kepada ayah pemuda itu:
“Kenapa anda tidak membawa anak anda ini ke dokter jiwa?”
Sejenak, ayah pemuda itu terdiam. Lalu ia menjawab:
“Kami baru
saja kembali dari rumah sakit, anakku ini menderita kebutaan semenjak
lahir. Tadi ia baru dioperasi, dan hari ini adalah hari pertama dia bisa
melihat dunia dengan mata kepalanya”.
Pasangan suami itu pun terdiam seribu bahasa.
Apakah saat membaca kisah ini kita juga berpikiran seperti suami istri ini?
Setiap
orang mempunyai cerita hidup masing-masing, oleh karena itu jangan
memvonis seseorang dengan apa yang anda spontanitas lihat dan dengar
saja. Barangkali saja bila anda mengetahui kondisi sebenarnya anda akan
tercengang. Maka kita PERLU BERPIKIR SEBELUM BERKATA DAN BERTINDAK.
Semoga kita bisa mengambil Hikmah dari kisah di atas.